Laman

Friday, 26 September 2014

KHUTBAH JUM'AT : "Kedudukan Shalat dalam Islam"

Hari/ Tanggal                     : Jum'at, 19 September 2014
Nama & Alamat Masjid    : Masjid Agung AL-Furqon / Desa Pasar Sukadana
Nama Peneceramah          : Ustd. ZAINUDDIN



[Khutbah Pertama]
اِنَّ الْحَمْد لله نَحْمَدُهُ وًنَسْتَعِنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ ، وَنَعُوْذُباللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَلِنَا ، مَنْ يَهْدِهِ ﷲُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِىَ لَهُ ، أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ ﷲُ وَحدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَ أَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه
 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا ﷲ حَقَّ تُقَاتِه وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ ( ال عمران : ١۰٢)
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا ﷲَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ إِنَّ ﷲَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا (النساء : ١)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوﷲَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا .  يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ ﷲَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا ( الاحزاب : ٧۰ – ٧١)
أَمَّا بَعْدُ :
فَاِنَّ خَيْرَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ ﷲ وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى ﷲُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَشَرَّ الأمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَتٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَ لَةً وَكُلَّ ضَلاَ لَةٍ في النّارِ.

Jama’ah ibadah Jum’ah yang semoga dirahmati oleh Allah Subhanahu wa ta’ala,
Pertama-tama marilah kita bersyukur kepada Allah atas segala nikmatNya. Kita besyukur masih diberi kesempatan oleh Allah subhanahu wata’ala untuk mengisi lembaran kehidupan kita dengan ibadah dan hal yang bermanfaat lainnya. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah pada panutan kita, Nabi Muhammad, shalallahu ‘alaihi wassallam, dan kepada keluarga, sahabat, serta pengikutnya sampai hari kiamat kelak. Tak lupa kami mewasiati diri kami sediri dan kaum muslimin sekalian untuk senantiasa bertaqwa kepada Allah, sesungguhnya barangsiapa bertaqwa kepada Allah maka ia berada pada keberuntungan yang besar.

Saudaraku Kaum Muslimin, Jama’ah ibadah Jum’ah yang semoga dirahmati oleh Allah Subhanahu wa ta’ala,
Shalat merupakan salah satu rukun Islam yang paling utama setelah syahadat. Di dalam Shalat berbagai macam ibadah terkumpul seperti, dzikrullah, bacaan al qur’an, berdiri, rukuk, sujud di hadapan Allah, berdo’a padaNya, tasbih, takbir dan lainnya. Shalat merupakan induk ibadah badaniyah. Berbeda dengan syariat-syariat yang lain, ketika Allah hendak menurunkan syariat shalat Dia memi’rajkan RasulNya ke langit [Bukhari (349), Muslim (162)], hal ini tidak lain menunjukkan kedudukannya yang agung dalam syariat Islam.
Diantara keutamaan sholat dalam islam, yang pertama, bahwa sholat adalah rukun islam yang paling utama setelah syahadat. Dari Ibnu Umar radhiallahu anhuma bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
بـني الإسـلام على خـمـس : شـهـادة أن لا إلـه إلا الله وأن محمد رسول الله ، وإقامة الصلاة ، وإيـتـاء الـزكـاة ، وحـج البيت ، وصـوم رمضان
Islam itu didirikan atas lima pondasi, bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya kecuali Allah Shubhanahu wa ta’alla dan bersaksi bahwa Muhammad Shalallhu’alaihi wa sallam adalah utusan Allah Shubhanahu wata’alla, mendirikan shalat, menunaikan zakat , berhaji dan melaksnakan puasa ramadhan” [HR Bukhari dan Muslim].
Keutamaan yang kedua, sholat adalah amalan yang pertama kali dihisab di akhirat dan menjadi ukuran kebaikan amalan yang lain. Dari Abdullah bin Qarth radhiallahu anhu bahwa Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
أول ما يحاسب عليه العبد يوم القيامة الصلاة، فإن صلحت صلح سائر عمله وإن فسدت فسد سائر عمله
Amal ibadah yang pertama yang akan dihisab oleh Allah pada hari kiamat adalah shalatnya, jika shalatnya baik maka baiklah seluruh amalannya yang lain dan jika shalatnya rusak maka rusaklah seluruh amalannya yang lain[HR Thabrani, dishahihkan oleh syaikh Albani].
Ketiga, sholat adalah pembeda antara seorang muslim dan kafir. Dari Jabir bin Abdullah radhiallahu anhu bahwa Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
بين الرجل وبين الكفر والشرك ترك الصلاة
Di antara seseorang dan kesyirikan serta kekafiran adalah meninggalkan shalat” [HR Muslim].
Keempat, sholat adalah mencegah dari perbuatan keji dan munkar. Allah berfirman,
وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاء وَالْمُنكَرِ
Dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. (QS Al-Ankabut: 45)
Jama’ah ibadah Jum’ah yang semoga dirahmati oleh Allah Subhanahu wa ta’ala,
Selanjutnya, diantara keutamaan sholat, yang kelima, sholat adalah penghapus dosa. Dari Abi Hurairah radhiallahu anhu bahwa Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Bagaimanakah pendapat kalian jika ada sebuah sungai di hadapan pintu salah seorang diantara kalian dan dia mandi padanya lima kali sehari, maka apakah akan ada daki yang tertinggal pada badannya?.Para shahabat berkata: Tidak ada daki yang tertinggal pada jasadnya. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Itulah perumpamaan shalat lima waktu di mana Allah Ta’ala menghapuskan kesalahan dengannya” [HR Bukhari dan Muslim].
Kelima, sholat adalah cahaya, sebagaiamana sabda Rasulullah,
الطهور شطر الإيمان والحمد لله تملأ الميزان وسبحان الله والحمد لله تملأ ما بين السماء والأرض والصلاة نور
“Kebersihan itu adalah sebagian dari iman, al-hamdulillah memenuhi mizan, ucapan subhanallah dan alhamdulillah memenuhi jarak yang ada di antara langit dan bumi, shalat adalah cahaya…” [HR Muslim].
Keenam, sholat pada waktunya adalah amalan yang paling dicintai oleh Allah. Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata: Aku bertanya kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam: Amal apakah yang paling dicintai oleh Allah Shubhanahu wa ta’alla? Beliau menjawab, Shalat pada waktunya” [HR Bukhari dan Muslim]. Untuk itu hendaknya kita semua mengerjakan sholat di awal waktu yang telah ditentukan, jangan sampai menunda-nunda atau bahkan mengerjakannya diluar waktu yang telah ditetapkan. Allah berfirman,
إِنَّ الصَّلاَةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَاباً مَّوْقُوتاً
Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. (An Nisa’: 103)
Demikianlah sebagian keutamaan sholat dan masih banyak keutamaan yang lainnya. Semoga Allah menjadikan kita dan keluarga kita sebagai orang-orang yang mendirikan sholat.
رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلاَةِ وَمِن ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاء
Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah do’aku. (QS Ibrahim: 40)
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ

[Khutbah Kedua]

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

Jama’ah ibadah Jum’ah yang semoga dirahmati oleh Allah Subhanahu wa ta’ala
Sebagaimana telah disebutkan dikhutbah pertama tentang keutamaan-keutamaan sholat, marilah kita berusaha untuk selalu menjaga sholat kita. Allah ta’ala berfirman,
حَافِظُواْ عَلَى الصَّلَوَاتِ والصَّلاَةِ الْوُسْطَى وَقُومُواْ لِلّهِ قَانِتِينَ
Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa . Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu’. (QS Al Baqarah; 238).
Sesungguhnya orang yang mendirikan sholat adalah orang yang mendirikan bagunan agama islam pada dirinya. Rasulullah bersabda,
رأس الأمرالإسلام، وعموده الصلاة، وذروة سنامه الجهاد في سبيل الله
“Pokok urusan adalah Islam, tiang-tiangnya adalah shalat, dan puncaknya adalah jihad”.[ HR Tirmidzi]
Sebaliknya, jangan sampai kita menjadi orang yang melalaikan sholat sehingga tidak mendapatkan keutamaan-keutamaan sholat yang demikian besar. Sungguh merugi orang-orang yang melalaikan sholat. Allah berfirman,
فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّينَ. الَّذِينَ هُمْ عَن صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ
Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya. (QS Al Ma’uun: 4-5)

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى نَبِيِّهِ مُحَمَّدٍ وَسَلَّمَ تَسْلِيمًا كَثِيرًا . وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ اَلْعَالَمِينَ

Assalamualaikum wr wb. . .

Friday, 19 September 2014

KHUTBAH JUMAT : "Sikap Saat Kematian Menimpa Saudara Kita"

Hari/ Tanggal : Jum'at, 19 September 2014

Nama & Alamat Masjid : Masjid Agung AL-Furqon / Desa Pasar Sukadana

Nama Peneceramah : Ustd. MASTU,S.Pd.I


KHOTBAH PERTAMA
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللّهُمَّ صَلِّى عَلىَ مُحَمَّد وَعَلَى آلِهِ وَصَحـْبِهِ اَجْمَعِيْنَ.
اَيُّهَاالْحَاضِرُونَ رَحِمَكُمُ اللهُ.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
3:102
Kaum muslimin jamaah jumat masjid Al-Fajr rahimakumullah Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Kepada-Nyalah kita bersyukur atas limpahan kenikmatan yang tak pernah berhenti dikucurkan-Nya kepada kita. Dialah Allah Azza wa Jalla yang telah memberikan nikmat keimanan, nikmat rezeki dan kesehatan kepada kita.
Dialah pula yang telah menyisipkan hidayah dalam hati kita, yang dengan hidayah itu Allah Swt. telah menggerakkan hati kita untuk melangkahkan kaki kita menuju ke tempat ini dalam rangka ….
Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah terakhir Muhammad Saw. Semoga kecintaan kita kepada beliau SAW, dapat mempertemukan kita dengannya nanti di syurga, bersama dengan para Nabiyyin, shiddiqin, syuhadaa’ dan shalihin.
Ikhwatal Iman rahimakumullah… Selanjutnya, izinkanlah kami mengingatkan kita semua termasuk diri kami sendiri untuk senantiasa meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Karena tidak ada bekal terbaik yang dapat menyelamatkan kita dalam kehidupan di dunia dan akhirat kelak kecuali TAQWA.

    

Kamatian hakikatnya adalah hiburan bagi orang-orang yang beriman, karena ia akan pindah dari dunia yang fana kepada alam yang kekal. Menurut KH Athian Ali M. Da`I MA, bahwa kematian adalah awal kehidupan sesungguhnya menuju ke kehidupan yang kekal. Jika ada salah satu dari saudara / keluarga kita meninggal, kita diperbolehkan bersedih sesuai dengan sifat kemanusiaan, namun tidak boleh lebih dari 3 hari 3 malam. Selanjutnya diperintahkan pula untuk bersabar dan ridho terhadap ketetapan Alloh SWT serta sikap mengembalikan sesuatu kepada Alloh SWT.

Apabila seorang anak Adam meninggal dunia maka Firman Allah :

إِذَا مَاتَ اْلإِنْسَانُ اِنْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ إِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْ لَهُ
“Jika seorang manusia meninggal, terputuslah semua amalnya kecuali dari tiga; Shadaqah jariyah, atau ilmu yang bermanfaat, atau anak shalih yang mendoakannya.” (HR. Muslim dalam al-Washiyah (1631)
Yang harus kita lakukan setelah seorang meninggal dunia adalah berdoa kepada Allah untuk jenazah, sebagaimana Alloh berfirman dalam QS Al-Baqoroh 155 – 157:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ(155)
الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ(156)
أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ(157)

” Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang sabar”.
“(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, ”Inna lillaahi wa inna ilaihi raaji’uun”
“Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”
(QS. Al-Baqarah 2 : 155-157)
Perlu menjadi perhatian bagi kita tentang pentingnya berdoa kepada jenazah, karena sesungguhnya orang yang meninggal tidak membutuhkan materi dari orang yang hidup, tetapi ia membutuhkan do’a. Oleh karena itu, berikanlah do’a yang baik-baik, karena akan ada malaikat yang mencatatnya.
Langkah berikutnya adalah menyegerakan pengurusan jenazah yaitu memandikan, mensholatkan, menguburkan, serta melunasi hutang dan melaksanakan wasiat dan nazar. Hal ini penting dilakukan oleh ahli keluarganya karena jenazah akan terombang ambing nasibnya sebelum utangnya dibayar.
Terkait pentingnya melunasi hutang dan melaksanakan wasiat dan nazar, dapat merujuk pada QS Annisa 12 tentang aturan warisan,
“…..Sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar hutangnya dengan tidak memberi mudharat (kepada ahli waris)….”
Catatan: Memberi mudharat kepada waris itu ialah tindakan-tindakan seperti: a. Mewasiatkan lebih dari sepertiga harta pusaka. b. Berwasiat dengan maksud mengurangi harta warisan. Sekalipun kurang dari sepertiga bila ada niat mengurangi hak waris, juga tidak diperbolehkan.
Hal lainnya yang tidak boleh dilakukan oleh kita yaitu meratapi yang menunjukkan ketidak ridhoan terhadap ketentuan Alloh SWT dengan cara menangis menjerit-jerit, menyabik rambut, serta menyobek-nyobek pakaian.

Demikianlah rujukan yang perlu kita ketahui dan kita lakukan, disaat ada salah satu keluarga atau saudara yang meninggal dunia.

أَقُولُ قَوْ لِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُوا اللهَ ِليْ وَ لَكُمْ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيْمُ.
KHUTBAH KEDUA
اَلْحَمْدُ لله رَبّ الْعَالَمِيْنَ، وَأَشْهًدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَلِيِّ الصَّالِحِيْنَ، وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا خَاتَمُ الأَنْبِيًاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، اَلّلهُمّ صَلِّي عَلَى مُحَمّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمّد كَمَا صَلَيْتَ عَلَى آلِ ِإْبرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمّدِ وَعَلَى آلِ مُحَمّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلى آلِ إِبْرَاهِيْمَ فَِي الْعَالَمِيْنَ إِنّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، أَمّا بَعْدُ:
Maasyiral muslimin rahimakumullah…
Mari kita berdoa :
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَحْمَدُكَ وَنَسْتَعِيْنُكَ وَنَسْتَهْدِيْكَ وَنَعُوْذُ بِكَ وَنَتَوَكَّلُ عَلَيْكَ وَنُثْنِيْ عَلَيْكَ الْخَيْرَ كُلَّهُ نَشْكُرُكَ وَلاَ نَكْفُرُكَ وَنَخْلَعُ وَنَتْرُكُ مَنْ يَفْجُرُكَ اللَّهُمَّ إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَلَكَ نُصَلِّيْ وَنَسْجُدُ وَإِلَيْكَ نَسْعَى وَنَحْفِدُ نَرْجُو رَحْمَتَكَ وَنَخْشَى عَذَابَكَ إِنَّ عَذَابَكَ الْجِدَّ بِالْكُفَّارِ مُلْحَقٌ
Ya Allah, sesungguhnya kami memuji-Mu, meminta tolong kepada-Mu, dan memohon petunjuk dari-Mu, kami berlindung dan bertawakal kepada-Mu, kami memuji-Mu dengan segala kebaikan, kami bersyukur atas semua nikmat-Mu, kami tidak mengingkari-Mu, kami berlepas diri dari siapa pun yang durhaka kepada-Mu. Ya Allah, hanya kepada-Mu kami menyembah, hanya untuk-Mu shalat dan sujud kami, dan hanya kepada-Mu kami berusaha dan bergegas, kami sangat mengharapkan rahmat-Mu dan takut akan siksa-Mu, sesungguhnya azab-Mu benar-benar ditimpakan kepada orang-orang kafir.

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ، وَعَافِهِ، وَاعْفُ عَنْهُ، وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ، وَوَسِّعْ مُدْخَلَهُ، وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ، وَأَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِوَعَذَابِ النَّارِ.

Ya Allah, ampunilah dia, berilah rahmat kepadanya, selamatkan dia, ampunilah dan tempatkanlah dia di tempat yang mulia, luaskan kuburannya, dan masukkanlah dia ke syurga, jagalah dia dari siksa kubur dan neraka.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ

Ya Allah, ampunilah dosa kaum muslimin dan muslimat, mu’minin dan mu’minat, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Dekat dan Mengabulkan do’a.
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنَ الْخَيْرِ كُلِّهِ عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ وَنَعُوْذُ بِكَ مِنَ الشَّرِّ كُلِّهِ عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ
Ya Allah, kami memohon kepada-Mu segala kebaikan di dunia dan akhirat yang kami ketahui maupun yang tidak kami ketahui, dan kami berlindung kepada-Mu dari semua keburukan di dunia dan akhirat yang kami ketahui maupun yang tidak kami ketahui.
رَبَّنَااغْفِرْلَنَاذُنُوْبَنَاوَاِسْرَافَنَافِى اَمْرِنَا وَثَبِّتْ اَقْدَامَنَاوَنْصُرْنَاعَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ

Ya Allah ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebihan dalam urusan kami, tetapkanlah Pendirian kami, tolong kami terhadap kaum kafir (Ali Imran 147)
رَبَّنَالاَتُزِغْ قُلُوْبَنَابَعْدَ اِذْهَدَ يْتَنَا وَهَبْ لَنَامِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً اِنَّكَ اَنْتَ الْوَهَّابُ.
رَبَّنَاهَبْ لَنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَجَعَلْنَا لِلْمُتَّقِنَ اِمَامًا
رَبَّنآاَ اتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّفِى الاخِرَةِحَسَنَةً وَقِنَاعَذَابَ النَّارِْ.
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا اِنَّكَ اَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَتُبْ عَلَيْنَا اِنَّكَ اَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ.
وَاَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ مَعَ اْلأَبْرَارِ يَاعَزِيْزُ يَاغَفَّارُ يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ
AMIN YA ROBBAL ALAMIN.
أَقُولُ قَوْ لِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُوا اللهَ ِليْ وَ لَكُمْ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيْمُ.
عِبَادَ اللهِ. اِنَّ اللهَ يَأْمُرُبِالْعَدْلِ وَالإِحْسَنِ
وَإِيْتَا ئِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْىِ,
يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ.
فَاذْكُرُواللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُاللهِ أَكْبَر
Assalamualaikum Wr. Wb.

Friday, 12 September 2014

KHUTBAH JUMAT : "KETIKA AGAMA DIGADAIKAN"

Hari/ Tanggal      : Jum;at, 12 September 2014
Nama & Alamat Masjid : Masjid Agung AL-Furqon / Desa Pasar Sukadana
Nama Peneceramah : Ustd. MASTU,S.Pd.I



KHUTBAH PERTAMA

Assalamualaikum wr wb .. . 

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَّهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُّضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَّإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِ يْكَ لَهُ وَ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْ لُهُ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا. أَمَّا بَعْدُ
Kaum muslimin jamaah jumat rahimakumullah Segala puji hanya bagi Allah, Rabb semesta alam. Kepada-Nyalah kita bersyukur atas limpahan kenikmatan yang tak pernah berhenti dikucurkan-Nya kepada kita. Dialah Allah Azza wa Jalla yang telah memberikan nikmat keimanan, rezeki dan kesehatan kepada kita.
Dialah pula yang telah menyisipkan hidayah dalam hati kita, yang dengan hidayah tersebut, Allah SWT telah menggerakkan hati kita untuk melangkahkan kaki kita menuju masjid ini. Sehingga kita bisa berkumpul bersama untuk menunaikan kewajiban kita sebagai seorang muslim, yaitu melaksanakan shalat Jum’at dan mendengarkan khutbah Jum’at yang merupakan bagian tak terpisahkan dari pelaksanaan ibadah shalat Jum’at ini.
Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah terakhir Muhammad shallaLlahu alayhi wa sallam. Semoga kecintaan kita kepada beliau SAW, dapat mempertemukan kita dengannya nanti di syurga, bersama dengan para Nabiyyin, shiddiqin, syuhadaa’ dan shalihin.
Ikhwatal Iman rahimakumullah… jamaah shalat jum’at yang berbahagia.
Selanjutnya, izinkanlah khatib mengingatkan kita semua termasuk diri khotib sendiri untuk senantiasa meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Karena tidak ada bekal terbaik yang dapat menyelamatkan kita dalam kehidupan di dunia dan akhirat kelak, kecuali taqwa.

Jamaah shalat jum’at yang berbahagia.

Minimnya ilmu, tipisnya iman, dan kuatnya dorongan hawa nafsu kerap kali menutup pintu hati seseorang untuk memahami hakikat kehidupan dunia yang sedang dijalaninya. Harta yang merupakan nikmat dari Allah Subhanahu wata’ala tak jarang menjadi ujian dan sebab jauhnya seseorang dari agama Islam yang suci.
Padahal, agama Islam adalah bekal utama bagi seseorang dalam hidup ini. Dengan Islam, seseorang akan berbahagia dan terbimbing dalam menghadapi pahit getirnya kehidupan. Sebaliknya, tanpa Islam, hidup seseorang tiada berarti dan di akhirat termasuk orang-orang yang merugi.
Anehnya, di antara manusia ada yang menggadaikan Islam -agama dan bekal utamanya- demi kesenangan dunia yang sesaat. Betapa meruginya orang itu. Dia akan menghadap Allah Subhanahu wata’ala di hari kiamat dengan tangan hampa dan terhalang dari kebahagiaan yang hakiki.
Hakikat Kehidupan Dunia
Tak bisa dimungkiri bahwa kehidupan dunia dikitari oleh keindahan dan kenikmatan (syahwat). Semuanya dijadikan indah pada pandangan manusia, sehingga setiap orang mempunyai kecondongan kepadanya sesuai dengan kadar syahwat yang menguasainya.
Itulah kesenangan hidup di dunia, dan sesungguhnya di sisi Allah Subhanahu wata’ala lah tempat kembali yang baik (al-Jannah).
Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِندَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada segala apa yang diingini (syahwat), yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (al-Jannah).” (Ali Imran: 14)

Namun, betapa pun menyenangkan kehidupan dunia itu, sungguh ia adalah kehidupan yang fana. Semuanya bersifat sementara. Tiada makhluk yang hidup padanya melainkan akan meninggalkannya. Tiada pula harta yang ditimbun melainkan akan berpisah dengan pemiliknya. Keindahan dunia yang memesona dan kenikmatannya yang menyenangkan itu pasti sirna di kala Allah Subhanahu wata’ala menghendakinya.
Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا ۖ وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِّنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ ۚ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

“Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah diantara kalian serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur, dan diakhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (al-Hadid: 20)

إِنَّمَا مَثَلُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاءٍ أَنزَلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ نَبَاتُ الْأَرْضِ مِمَّا يَأْكُلُ النَّاسُ وَالْأَنْعَامُ حَتَّىٰ إِذَا أَخَذَتِ الْأَرْضُ زُخْرُفَهَا وَازَّيَّنَتْ وَظَنَّ أَهْلُهَا أَنَّهُمْ قَادِرُونَ عَلَيْهَا أَتَاهَا أَمْرُنَا لَيْلًا أَوْ نَهَارًا فَجَعَلْنَاهَا حَصِيدًا كَأَن لَّمْ تَغْنَ بِالْأَمْسِ ۚ كَذَٰلِكَ نُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

“Sesungguhnya perumpamaan kehidupan dunia itu adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah tanam-tanaman bumi dengan suburnya karena air itu, diantaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya (dapat memetik hasilnya), tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami diwaktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanam-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang yang berpikir.” (Yunus: 24)
Sudah sepatutnya setiap pribadi muslim memahami hakikat kehidupan dunia, agar tidak salah jalan dalam menempuhnya. Lebih-lebih, dunia bukanlah akhir seorang hamba dalam menuju Rabb-nya. Masih ada dua fase kehidupan berikutnya: kehidupan di alam kubur (barzakh) dan kehidupan di alam akhirat.
Di alam kubur (barzakh), setiap orang akan mendapatkan nikmat kubur atau azab kubur, sesuai dengan perhitungan amalnya di sisi Allah Subhanahu wata’ala. Setelah itu, di alam akhirat, masing-masing akan menghadap Allah Subhanahu wata’ala seorang diri, mempertanggungjawabkan segala amal perbuatan yang dikerjakannya selama hidup di dunia, dan akan mendapatkan balasan yang setimpal (dari Allah Subhanahu wata’ala) atas segala apa yang diperbuatnya itu.
Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ{}وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ
“Barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah(semut kecil) pun, niscaya dia akan melihat balasannya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejelekan seberat zarrah (semut kecil) pun, niscaya dia akan melihat balasannya.” (az-Zalzalah: 7-8)
Tiada Hidup Tanpa Agama Islam
Demikianlah kehidupan dunia dengan segala liku-likunya. Kehidupan yang bersifat sementara, namun sangat menentukan bagi dua kehidupan berikutnya; di alam kubur (barzah) dan di alam akhirat. Sebab, segala perhitungan yang terjadi pada dua kehidupan tersebut sangat bergantung pada amal dan bekal yang telah dipersiapkan oleh setiap hamba pada kehidupan dunianya.
Maka dari itu, tiada bekal yang dapat mengantarkan kepada kebahagiaan hakiki pada dua kehidupan tersebut selain agama Islam, yang terangkum dalam takwa, iman, dan amal saleh.
Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَىٰ
“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa….” (al- Baqarah: 197)
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Barangsiapa mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan, dalam keadaan beriman, sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (an-Nahl: 97)
Ingatlah : Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) darinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi.” (Ali Imran: 85)
Oleh sebab itu, Allah Subhanahu wata’ala mengingatkan orang-orang yang beriman agar berpegang teguh dengan agama yang mulia ini dan meninggal dunia sebagai pemeluknya. Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dengan sebenar-benar takwa dan janganlah sekali-kali meninggal dunia melainkan sebagai pemeluk agama Islam.” (Ali Imran: 102)
أَقُولُ قَوْ لِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُوا اللهَ ِليْ وَ لَكُمْ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيْمُ.



KHUTBAH KEDUA

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ , وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَلِيُّ الصَّالِحِيْنَ , وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا خَاتَمُ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ , اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَ أَمَّا بَعْدُ
Hadirin Jamaah Jumat Rohimakumullah.
Mengapa Harus Menggadaikan Agama?
Kehidupan dunia adalah medan tempaan dan ujian (darul ibtila’) bagi setiap hamba yang menjalaninya. Masing-masing akan mendapatkan ujian dari Allah Subhanahu wata’ala sesuai dengan kadar keimanannya. Terkadang dalam bentuk keburukan dan terkadang pula dalam bentuk kebaikan (kenikmatan).
Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya), dan hanya kepada Kamilah kalian dikembalikan.” (al-Anbiya’: 35)
Ujian dalam bentuk keburukan bermacam-macam. Adakalanya berupa ketakutan, kelaparan, kekurangan harta (kemiskinan), kekurangan jiwa (wafatnya orang-orang yang dicintai), kekurangan buah-buahan (bahan makanan), dan yang semisalnya.
Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
“Sungguh akan Kami berikan ujian kepada kalian, dalam bentuk sedikit dari ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepadaorang-orang yang bersabar.” (al-Baqarah: 155)
Ujian dalam bentuk kebaikan juga bermacam-macam. Adakalanya berupa kenikmatan, harta, anak-anak, kedudukan, dan yang semisalnya.
Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
وَاعْلَمُوا أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللَّهَ عِندَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ
“Ketahuilah, sesungguhnya harta dan anak-anak kalian itu (sebagai) ujian, dan di sisi Allahlah pahala yang besar.” (al-Anfal: 28)
Beragam ujian itu diberikan oleh Allah Subhanahu wata’ala kepada para hamba tiada lain agar tampak jelas di antara para hamba tersebut siapa yang jujur dalam keimanannya dan siapa pula yang berdusta, siapa yang selalu berkeluh kesah dan siapa pula yang bersabar.
Berbahagialah orang-orang yang diberi taufik dan hidayah oleh Allah Subhanahu wata’ala saat ujian tiba. Manakala ujian keburukan yang tiba, dia hadapi dengan penuh kesabaran. Manakala ujian kebaikan, dihadapinya dengan penuh syukur kepada Allah Subhanahu wata’ala.
Adapun orang-orang yang tidak diberi taufik dan hidayah oleh Allah Subhanahu wata’ala saat ujian tiba, agama menjadi taruhannya. Iman dan Islam yang merupakan modal utama dalam hidup ini digadaikannya demi kesenangan sesaat.
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
بَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِم،ِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِيْ كَافِرًا وَيُمْسِيْ مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا، يَبِيْعُ دِيْنَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا
“Bergegaslah kalian untuk beramal, (karena akan datang) ujian-ujian ibarat potongan-potongan malam yang gelap. (Disebabkan ujian tersebut) di pagi hari seseorang dalam keadaan beriman dan sore harinya dalam keadaan kafir, di sore hari dalam keadaan beriman dan keesokan harinya dalam keadaan kafir. Dia menjual agamanya dengan sesuatu dari (gemerlapnya) dunia ini.” (HR. Muslim no. 118 dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)
Hadits di atas mencakup seluruh pribadi umat ini, baik yang miskin maupun yang kaya. Yang miskin menjual agamanya dan menggadaikan imannya, karena tak sabar akan ujian kekurangan (kemiskinan) yang dideritanya. Cukup banyak contoh kasusnya di masyarakat. Terkadang dengan iming-iming jabatan, terkadang dengan pemberian modal usaha atau pinjaman lunak, terkadang dengan pemberian rumah atau tempat tinggal, terkadang dengan pembagian sembako, bahkan terkadang hanya dengan beberapa bungkus mi instan.
Adapun yang kaya, dia menjual agamanya dan menggadaikan imannya karena kesombongan dan hawa nafsunya. Ia tidak mau mensyukuri karunia Allah Subhanahu wata’ala yang diberikan kepadanya. Bahkan, ia merasa bahwa semua itu berkat kepandaian dan jerih payahnya semata. Ingatkah Anda tentang kisah Qarun, seorang hartawan dari Bani Israil (anak paman Nabi Musa ‘alaihis salam) yang menggadaikan agama dan imannya karena kesombongan dan hawa nafsunya? 

Akhir kata, semoga taufik dan hidayah Allah Subhanahu wata’ala selalu mengiringi kita dalam kehidupan dunia ini, sehingga dapat istiqamah di atas agama-Nya yang mulia serta berpijak di atas manhaj Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya. Dengan satu harapan, mendapatkan kesudahan terbaik dalam hidup ini (husnul khatimah) dan dimasukkan ke dalam Jannah-Nya yang dipenuhi dengan kenikmatan
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ
“Wahai Rabb kami, Janganlah Engkau sesatkan hati-hati kami setelah Engkau beri kami hidayah dan karuniakanlah kepada kami kasih sayang dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau adalah Dzat Yang Maha Pemberi.” (Ali Imran: 8)
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ، ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِيْنِكَ
“Wahai Dzat Yang Maha Membolak-balikkan hati, kokohkanlah hatiku ini diatas agama-Mu.” (HR. Ibnu Abi Ashim dalam as-Sunnah no. 232 dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, dinyatakan sahih oleh asy-Syaikh al-Albani dalam Zhilalul Jannah)
رَبّنَآ ءَاتِنَا فِى الدّنْيَ حَسَنَةً وَ فِى اْلَخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النّارِ، وَ الْحَمْدُ لِ رَبِ الْعَالَمِيَ
عِبَادَ اللهِ. اِنَّ اللهَ يَأْمُرُبِالْعَدْلِ وَالإِحْسَنِ
وَإِيْتَا ئِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْىِ,
يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ.
فَاذْكُرُواللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُاللهِ أَكْبَر
Assalamualaikum Wr. Wb.

Friday, 5 September 2014

KHUTBAH JUM'AT : "Hakikat Iman dan Sebagian Sifat Orang-orang yang Beriman"

Hari/ Tanggal      : Jum'at, 5 September 2014

Nama & Alamat Masjid : Masjid Agung AL-Furqon / Desa Pasar Sukadana

Nama Peneceramah : Ustd. Zainuddin

KHUTBAH PERTAMA
الْحَمْدُ لِلهِ ذِيْ الفَضْلِ وَالْاِمْتِنَانِ، يَمُنُّ عَلَى مَنْ يَشَاءُ بِهِدَايَتِهِ لِلْإِيْمَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةً تُوْجِبُ لِمَنْ قَالَهَا عَارِفاً لِمَعْنَاهَا عَامِلاً بِمُقْتَضَاهَا دُخُوْلَ الجَنَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَنْزَلَ عَلَيْهِ الْقُرْآنَ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ والتَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا، أَمَّا بَعْدُ:
أَيُّهَا النَّاسُ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
Ma’asyirol muslimin rohimakumulloh,
Alhamdulillah, segala puji bagi Alloh Subhanahu Wa Ta’ala, yang memiliki berbagai keutamaan dan kebaikan, yang mengaruniakan nikmat Islam kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya. Saya bersaksi bahwasanya tidak ada yang berhak untuk diibadahi dengan benar kecuali hanya Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang tidak ada sekutu bagi-Nya dan tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya. Saya juga bersaksi bahwasanya Nabi Muhammad Sholallohu ‘Alaihi Wassallam adalah hamba dan utusan-Nya. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi kita Muhammad Sholallohu ‘Alaihi Wassallam, keluarganya, para sahabatnya, dan seluruh kaum muslimin yang berjalan di atas sunnahnya.

Jamaah jum’ah yang semoga dirahmati Allah Subhanahu Wa Ta’ala,
Marilah kita senantiasa menjaga dan meningkatkan ketakwaan serta keimanan kita kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Karena dengan ketakwaan kepada-Nya seseorang akan dimudahkan dalam berbagai urusannya. Selain itu, keimanan adalah karunia Alloh Subhanahu Wa Ta’ala yang paling besar bagi hamba-hamba-Nya. Tanpa pertolongan-Nya, seseorang tidak bisa untuk meraihnya. Alloh Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
“Bahkan Allahlah sebenarnya yang melimpahkan nikmat kepada kalian dengan menunjukkan kalian kepada keimanan jika kalian adalah orang-orang yang benar.” (Al-Hujurat: 17)

Hadirin rohimakumulloh,
Namun perlu diketahui, bahwasanya iman yang merupakan karunia Alloh Subhanahu Wa Ta’ala yang paling besar bukanlah sekadar ucapan dengan lisan. Namun iman sebagaimana diterangkan para ulama setelah merujuk kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah, adalah keyakinan dalam hati, pengucapan dengan lisan, dan pengamalan dengan anggota badan. Iman akan bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan. Hal ini di antaranya sebagaimana diterangkan oleh Al-Imam Muhammad ibnu Husain Al-Ajurri rohimahulloh di dalam kitabnya Asy-Syari’ah, beliau rohimahulloh menyebutkan:
“Ketahuilah –semoga Alloh Subhanahu Wa Ta’ala memberikan rahmat-Nya kepada kami dan kepada kalian– sesungguhnya yang diyakini oleh seluruh ulama kaum muslimin adalah bahwasanya iman adalah perkara wajib (yang harus dimiliki) oleh seluruh manusia, dan (iman) adalah pembenaran di dalam hati dan pernyataan dengan lisan serta pengamalan dengan anggota badan. Kemudian, ketahuilah (pula) bahwasanya tidaklah mencukupi sekadar ma’rifah (meyakini adanya Allah Subhanahu Wa Ta’ala) dan pembenaran di dalam hati, kecuali bersamanya ada iman (yang diwujudkan) dalam bentuk pengucapan dengan lisan. Begitu pula tidaklah mencukupi sekadar ma’rifat (keyakinan) di dalam hati dan pengucapan dengan lisan, sampai adanya pengamalan dengan anggota badan. Apabila terkumpul tiga perkara ini (pada seseorang) maka dia adalah seorang yang beriman. Hal ini sebagaimana ditunjukkan di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah serta penjelasan para ulama kaum muslimin.”

Hadirin rohimakumulloh,
Seandainya iman sekadar pengakuan dengan lisan, tentu orang-orang munafik akan masuk ke dalam golongan orang-orang yang beriman. Namun Alloh Subhanahu Wa Ta’ala telah memberitakan dalam firman-Nya:
“Dan di antara manusia ada yang mengatakan: ‘Kami beriman kepada Allah dan hari akhir’, padahal mereka itu sesungguhnya bukanlah orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanyalah menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak menyadarinya.” (Al-Baqarah: 8-9)
Begitu pula, apabila iman sekadar meyakini adanya Alloh Subhanahu Wa Ta’ala dan membenarkan di dalam hati, tentunya iblis dan orang-orang musyrikin dahulu termasuk golongan orang-orang yang beriman. Karena iblis adalah makhluk yang mengetahui adanya Allah Subhanahu Wa Ta’ala, orang-orang musyrikin dahulu adalah orang-orang yang mengakui kebenaran, namun karena kesombongan dan fanatiknya kepada ajaran nenek moyangnya mereka tidak mau menyatakan keimanan dengan lisannya dan tidak mau mengikuti agama Rasul yang diutus oleh Alloh Subhanahu Wa Ta’ala kepada mereka. Alloh Subhanahu Wa Ta’ala menyebutkan tentang orang-orang kafir dalam ayat-Nya:
وَجَحَدُوا بِهَا وَاسْتَيْقَنَتْهَا أَنْفُسُهُمْ ظُلْمًا وَعُلُوًّا فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُفْسِدِينَ (١٤)
“Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka), padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya. Maka perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang berbuat kerusakan.” (An-Naml: 14)
Maka jelaslah bahwa iman itu tidak cukup dengan sekadar keyakinan dalam hati dan ucapan dengan lisan saja, namun harus dibuktikan dengan amalan. Al-Imam Al-Hasan Al-Bashri t mengatakan:
لَيْسَ الْإِيْمَانُ بِالتَّحَلِّي وَلاَ بِالتَّمَنِّي وَلَكِنَّهُ مَا وَقَرَ فِيْ الْقُلُوْبِ وَصَدَقَتْهُ الْأَعْمَالُ
“Bukanlah iman itu sekadar pengakuan dan bukan pula sekadar angan-angan, akan tetapi iman adalah keyakinan yang menancap ke dalam hati dan dibuktikan dengan amalan.”

Jama’ah jum’ah rohimakumulloh,
Sesungguhnya iman memiliki tanda-tanda sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an dan hadits Nabi Sholallohu ‘Alaihi Wassallam. Oleh karena itu, seseorang yang menginginkan dirinya termasuk dalam tingkatan orang-orang yang beriman, semestinya berusaha untuk memiliki tanda-tanda tersebut. Di antaranya disebutkan dalam firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah mereka yang bila disebut nama Allah bergetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Allahlah mereka bertawakkal. (Mereka) adalah orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.” (Al-Anfal: 2-3)
Hadirin rohimakumulloh,
Kalau kita memerhatikan ayat tersebut mungkin banyak di antara kita yang jauh dari memiliki tanda-tanda orang yang beriman. Dalam masalah tawakkal misalnya, banyak di antara kita yang masih banyak bersandar pada kemampuan, keahlian, atau tenaganya serta lupa dalam menyerahkan urusannya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Bahkan ada di antara kaum muslimin yang perbuatannya menunjukkan tidak meyakini akan kemahakuasaan Alloh Subhanahu Wa Ta’ala terhadap segala sesuatu. Hal ini terlihat pada sebagian kaum muslimin yang tidak mencukupkan dirinya dengan yang halal dalam mencari rezeki. Seakan-akan mereka tidak akan mendapatkan rezeki kalau hanya menggunakan cara yang halal. Padahal semestinya seorang muslim senantiasa bertawakkal kepada Alloh Subhanahu Wa Ta’ala dan yakin akan pertolongan Alloh Subhanahu Wa Ta’ala kepada hamba-hamba-Nya, selama dirinya menggunakan cara yang halal dalam hal mencari rezeki atau yang lainnya.

Jama’ah jum’ah rohimakumulloh,
Akhirnya, kita memohon kepada Alloh Subhanahu Wa Ta’ala agar senantiasa diberi kemudahan untuk dan mencintai keimanan serta memohon kepada Alloh Subhanahu Wa Ta’ala agar diberi kekuatan untuk selalu membenci kekufuran, kefasikan, dan kemaksiatan.
هَذَا وَنَسْأَلُ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ أَنْ يُحَبِّبَ إِلَيْنَا الْإِيْمَانَ وَيُزَيِّنَهُ فِيْ قُلُوْبِنَا وَأَنْ يُكْرِهَ إِلَيْنَا الكُفْرَ وَالْفُسُوْقَ وَالْعِصْيَانَ وَالْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Khutbah Kedua
الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، مَدَحَ أَهْلَ الْإِيْمَانِ وَوَعَدَهُمُ الْخُلُوْدَ فِيْ الْجِنَانِ وَمَنَحَهُمْ مِنْهُ الْمَحَبَّةَ وَالرِّضْوَانَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحَابَتِهِ أَجمَعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ :
Ma’asyiral muslimin rohimakumulloh,
Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Alloh Subhanahu Wa Ta’ala dan membuktikan keimanan kita dengan memiliki sifat-sifat orang yang beriman.

Hadirin rohimakumulloh,
Alloh Subhanahu Wa Ta’ala di dalam firman-Nya telah menyebutkan beberapa sifat orang yang beriman. Di antaranya sebagaimana yang disebutkan dalam sepuluh ayat yang pertama di dalam surat Al-Mu’minun:
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman. Yaitu orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya. Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna. Dan orang-orang yang menunaikan zakat. Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya. Kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki. Maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa. Barangsiapa mencari yang di balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. Dan orang-orang yang memelihara shalatnya. Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi. (Yaitu) yang akan mewarisi surga Firdaus, mereka kekal di dalamnya.” (Al-Mu’minun: 1-11)
Di dalam ayat ini, Alloh Subhanahu Wa Ta’ala menyebutkan sebagian sifat orang-orang yang beriman. Maka marilah kita melihat pada diri kita masing-masing. Apakah sifat orang-orang yang beriman yang ada dalam ayat tersebut telah kita miliki? Sudahkah kita termasuk orang-orang yang khusyu’ ketika shalat? Sudahkah kita menjauhkan diri dari ucapan dan perbuatan yang sia-sia atau bermaksiat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala? Sudahkah kita menjalankan amanah yang telah kita terima dengan sebaik-baiknya? Sungguh pada kenyataannya banyak di antara kita yang belum mewujudkan atau membuktikan keimanannya dengan memiliki sifat-sifat tersebut.

Hadirin rohimakumulloh,
Di antara sifat orang yang beriman adalah kesiapan diri untuk menjalankan hukum atau syariat yang telah ditetapkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Hal ini sebagaimana tersebut di dalam firman-Nya:
“Sesungguhnya jawaban orang-orang yang beriman, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul menghukumi di antara mereka, maka mereka mengatakan: ‘Kami mendengar dan kami patuh’, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (An-Nur: 51)
Maka sudah semestinya bagi orang-orang yang ingin mencapai derajat orang-orang yang beriman untuk menjalankan syariat dalam seluruh kehidupannya dan meninggalkan segala aturan yang menyimpang dari syariat yang telah Alloh Subhanahu Wa Ta’ala tetapkan. Alloh Subhanahu Wa Ta’ala telah menetapkan syariat melalui Rasul-Nya Sholallohu ‘Alaihi Wassallam untuk kebaikan hamba-hamba-Nya, dan Alloh Subhanahu Wa Ta’ala Maha mengetahui akibat dari segala sesuatu. Sementara manusia tidak mengetahui apa yang akan terjadi dan akibat dari aturan yang dibuatnya. Maka perbedaan antara syariat Alloh Subhanahu Wa Ta’ala dengan aturan manusia adalah sebagaimana perbedaan antara Alloh Subhanahu Wa Ta’ala Yang Maha Kuasa dengan manusia yang penuh dengan kekurangan dan kelemahan.

Hadirin rohimakumulloh,
Demikian beberapa sifat orang yang beriman, dan masih sangat banyak lagi ayat serta hadits yang menjelaskan sifat-sifat orang yang beriman. Namun sebagian ini saja, jika kita lihat pada kenyataan yang ada pada sebagian kaum muslimin, maka sungguh akan kita dapati tidak sedikit orang yang mengaku muslim atau bahkan mengaku mukmin namun tidak ada tanda-tanda Islam dan tidak ada tanda-tanda iman pada orang tersebut. Semoga Allah memberikan hidayah kepada kita dan mereka.
Bahkan sifat yang paling pokok yang harus ada bagi orang yang beriman yaitu mentauhidkan Alloh Subhanahu Wa Ta’ala pun tidak dimiliki oleh sebagian orang yang mengaku dirinya sebagai seorang mukmin. Maka jika demikian, berarti mereka telah berdusta dengan pengakuannya. Bagaimana seorang akan dikatakan beriman sementara dirinya masih melakukan dosa besar yang paling besar yaitu syirik atau menyekutukan Alloh Subhanahu Wa Ta’ala dengan beribadah kepada selain-Nya? Bagaimana seseorang dikatakan beriman sementara dirinya tidak mau menjalankan kewajiban yang paling besar setelah bersaksi dengan dua kalimat syahadat, yaitu shalat lima waktu?
Akhirnya, mudah-mudahan Alloh Subhanahu Wa Ta’ala memberikan hidayah-Nya kepada kita sehingga kita bisa benar-benar memiliki sifat orang-orang yang beriman.
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ وَعَنْ جَمِيْعِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمَ الدِّيْنِ.
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّينِ، وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِينَ.
اللَّهُمَّ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمِينَ في كُلِّ مَكَانٍ. اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ والْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، إِنَّهُ سَمِيْعٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَالْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.